Selasa, 29 Desember 2009

Public Diary-Page 4

Dear, PD. Jawaban dari pertanyaan itu telah terkuak. Kedatangannya begitu cepat, tak terduga seperti hujan meteor yang merobek gelapnya misteri. Jelas sudah. Selesai semua. Tidak ada yang perlu dikonfirmasi. Semuanya sudah masuk akal. Terang benderang. Tidak perlu logika tingkat tinggi untuk memahaminya. Cukup diketahui. Tak perlu disesali. Semua adalah keputusannya. Tugasku hanya memotivasi dan meyakinkan saja. Aku tahu dia termotivasi. Aku yakin dia mempercayai lautan penjelasan yang telah aku tumpahkan. Aku berharap dia mau kembali menjadi dirinya sendiri. Pemberani dan kuat seperti yang aku kenali. Tidak perlu lari seperti ini. Jangan! Jangan kau teruskan. Berhentilah. Ku mohon berhentilah sekarang. Berilah kesempatan kepada hatimu untuk mengatur nafasnya. Biarkanlah pori-pori ketakutanmu mengeluarkan keringat kekhawatirannya. Habis tak bersisa. Tenangkanlah dirimu. Dengarkanlah irama jantungmu sendiri saat memompa sumber-sumber kehidupan. Istirahatkanlah kalbumu. Rebahkanlah semuanya di bawah pohon kedamaian beranting ketentraman yang rindang. Rasakanlah sejuknya udara hikmah. Nikmatilah rasa nyaman dari relaksasi otot-otot batin yg sempat kau paksa berkontraksi kuat. Tenangkanlah dirimu. Pejamkan mata batin prasangkamu. Pejamkanlah. Teruskanlah hingga sayap-sayap relaksasi menerbangkanmu jauh ke alam mimpi. Ke tempat di mana kau dapat menemui akal sehatmu. Sapalah dia, mintalah nasihatnya. Jangan mendebatnya. Tak perlu menyangkal penjelasan kebenaran yang tulus dia berikan. Tentang kebenaran dari semua yang telah aku ungkapkan. Kebenaran tentang apa yang kau rasakan. Dengarkan dia. Dan simpanlah semuanya dalam kotak memori. Tempat bersemayamnya segala cahaya yang dapat menerangimu dalam mengarungi belantara kehidupan. Jadikanlah itu ilmu. Jadikanlah semua itu pelajaran untuk menyikapiku ke depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar